?Aku milik suamiku, sedang suamiku milik ibunya ?

1933929_1257526380931255_7968860104546853425_n

Seburuk apapun mertua, aku selalu ingat bahwa dia, adalah wanita yang mngandung suamiku dalam kepayahan selama 9 bulan.

Dia, adalah wanita yang air susunya menjadi makanan pertama bagi suamiku. Dia, ialah wanita yang mendidik dan membesarkan suamiku, yang mengajarkan kepada suamiku akhlaq sehingga aku nyaman di sisi suamiku saat ini.

Aku, nggak pernah keluar uang sepeserpun untuk nyekolahin suamiku, hingga ia dapat ijazah, pengetahuan dan pengalaman hidup, yang sekarang semua itu ia gunakan untuk mencari nafkah, untuk menafkahi aku!

Aku, nggak sedikitpun mendidik suamiku hingga kini ia jadi pria yang penuh tanggungjawab, dan aku merasakan bahagia menjadi istrinya.

Setelah pengorbanannya yang bertubi tubi, anak laki-lakinya menikah denganku, dia bagi kasih sayang anaknya denganku.

Cemburu? Pasti dia cemburu. Aku wanita asing, yang kini selalu disayang-sayang oleh anak laki lakinya.

Harta anak laki lakinya tercurah untuk kunikmati, padahal ia yang melahirkan dengan bertaruh nyawa, membesarkan dan mendidik suamiku.

Aku memahami cemburu itu, walau aku pun merasakan cemburu ketika suamiku lebih memihak mertuaku. Namun aku selalu ingat bahwa “Aku milik suamiku, sedang suamiku milik ibunya”.

Aku bukan malaikat yang nggak pernah merasa kesal dengan mertuaku, dan mertuaku pun bukan malaikat yang selalu kubela.

Adakalanya aku marah, cemburu dan sakit hati. Namun aku ingat mungkin mertuaku pun terkadang merasakan hal yang sama. Namun lagi-lagi aku pun ingat semua jasanya pada suamiku, jasa yang sampai akhir hayat-pun aku nggak akan mampu membayarnya.

Terlebih jika mertuaku adalah seorang yg baik serta memperlakukan aku seolah putri kandungnya sendiri.

Terlebih jika aku ingat saat mertuaku selalu mengingatkan suamiku agar jangan memarahi apalagi membentak serta memperlakukan aku, istrinya ini, dengan sebaik-baik perlakuan & akhlaq.

Maka sangat lah tidak pantas jika aku menghadapkan suamiku pada kondisi yang mengharuskannya memilih antara aku dan ibunya.

Pada ujung tangisku, terngiang nasehat ibundaku tercinta:

“Nak, dukunglah suamimu untuk berbakti pada ibunya. Jangan suruh ia memilih antara kau dan ibunya. Karena, kelak kau akan merasakan bagaimana sakitnya diperlakukan seperti itu oleh anak laki lakimu. Apa yg kau lakukan pada mertuamu, akan dilakukan pula oleh menantumu. Segala sesuatu pasti ada timbal baliknya..”

Dan tangisku makin deras.

Oh suamiku, bahagiakanlah orang tuamu semampumu, InsyaAllah akan aku dukung dirimu dalam berbakti pada orang tuamu, terlebih pada ibundamu. T_T

Semoga kelak anak-anak kita pun membahagiakan kita, sebagai balasan baktimu pada orang tuamu. Mumpung mereka masih hidup, belum tentu pula mereka masih bisa ngerepotin kita 10 tahun ke depan. Nggak lama, tapi balasannya adalah InsyaAllah surga bagi kita.

Via Muslim Channels

Leave a Reply

Your email address will not be published.